Dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam keluarga maupun di kantor, atau dalam situasi-situasi
lainnya, komunikasi seseorang dengan orang lain tidak hanya sekedar basa-basi
disebabkan oleh keterikatan hubungan sosial. Seringkali seseorang menyampaikan
pikiran dan perasaannya
kepasa orang lain agar menerima suatu kepercayaan,
mengubah sikapnya, atau melakukan suatu tindakan. Dengan lain peekataan, ia
berkomunikasi dengan suatu tujuan tertentu. Komunikasi seperti ini dinamakan
komunikasi paradigmatik, bersifat
internasional, mengandung tujuan.
1. Pengertian
Persuasi
Istilah “persuasi” atau dalam bahasa inggris
persuasion bersal dari kata Latin persuasio, yang secara harafiah berarti hal
membujuk, hal mengajak, atau menyakinkan.
Kenneth E. Andersen dalam bukunya, Introduction
to Communication Theory and Practice, membatasi pengertian persuasi hanya pada
komunikasi antar personal. Ia mengatakan bahwa ada tiga pergeseran penekanan
yang penting antara batasan persuasi dengan komunikasi. Pertama, komunikasi
didefinisikan sebagai upaya “mempengaruhi” kognisi, yakni menimbulkan dampak
pada kognisi itu. Kedua, penekanan pasa kesenjangan dan perubahan, yaitu
menyebabkan perubahan tanpa menggunakan paksaan. Dan pergeseran ketiga,
penekanan dari definisi persuasi adalah perubahan pada sikap atau kegiatan yang
diinginkan oleh komunikator. Demikian Kenneth E. Andersen yang selanjutnya
menandaskan bahwa secara esensial persuasi adalah clearlygoal-directed
behavior, jelas-jelas diarahkan kepada perilaku tertentu.
Edwin P. Bettinghause dalam bukunya,
Persuasive Communication, menurut dia yang diubah dengan upaya secara sadar itu
hanya perilaku.
Hovland dan Janis mengatakan bahwa efek
persuasif dapat dilihat selalu dari asalnya, yaiu dari perubahan sikap yang
menuju perubahan opini, perubahan persepsi, perubahan perasaan dan perubahan
tindakan.
Opini adalah evaluasi yang
dinyatakan secara verbal mengenai suatu objek, orang atau peristiwa.
Pernyataanya seperti : ‘Saya pikir anjing itu hewan yang setia’ adalah opini.
Jadi perubahan opini adalah perubahan sikap dan nilai yang bersifat verbal.
Jenis efek yang kedua dapat
diakibatkan oleh komunikasi persuasif adalah perubahan persepsi. Untuk
menjelaskan efek perubahan persepsi ini dapat ditampilkan contoh yang bagus setelah
Perang Dunia II usai.
Mengenai
perubahan perasaan, Hovland dan Janis mengakui bahwa hal itu sukar dijelaskan.
Perubahan ini berkenaan dengan keadaan dan emosional. Hanya para ahli psikologi
dengan peralatan di laboratorium yang dapat mendeteksi perubahan perasaan
seorang akibat suatu pesan komunikasi itu, misalnya perubahan dalam detak
jantung, tekanan darah, respons kulut dan kadar keringat. Di luar laboratorium
penelitian seperti itu, alat untuk mendeteksi perubahan perasaan tidak akan
dijumpai.
Yang terakhir adalah perubahan
tindakan, pada setiap perilaku, yang tampak adalah perubahan tindakan, sebab
seseorang yang sedang melakukan kegiatan tertentu itu, dapat diobservasi.
Perubahan tindakan adalah perubahan perilaku secara fisik pada seseorang sebagai
akibat dari pesan persuasif yang diterimanya.
Jadi, keempat jenis perubahan itu,
yakni perubahan opini, perubahan persepsi, perubahan perasaan dan perubahan
perilaku, yang dapat diamati, kesemuanya bersumber pada sikap.
Ditinjau dari komponen penerima atau
komunikan, ada empat faktor sentral, yakni yang merupakan variasi pada komponen
komunikator, pesan, media, dan situasi. Demikian Bettinghause, yang selanjutnya
menjelaskan bahwa faktor-faktor penting yang dicakup oleh komponen komunikator
adalah kredibilitas atau kepercayaan, kekuasaan sosial, peranan dalam
masyarakat, hubungan dengan komunikan dan berbagai aspek demografis seperti
usia, kelamin dan jenis pekerjaan.. yang perlu ditimbangkan pada komponen pesan
adalah pengorganisasian pesan, argumentasi yang digunkan, imbauan yang
disampaikan, dan bahsa yang dipakai dengan berbagai gaya.
Bagi kegiatan humas, komunikasi
persuasif ini jelas amat penting sebab, sebagaimana dikatakan di muka, fungsi
sentral humas adalah mendukung manajemen dalam upaya mengerahkan dan
mengarahkan manusia-manusia yang myskil itu kepada tercapainya tujuan yang
ditetapkan oleh organisasi.
2. Persuasi
Versus Koersi
Istilah koersi atau dalam bahasa
inggris coersion, berasal dari bahsa Latin coercio yang harafiah berarti
“pengekangan”, dan secara maknawiah berarti “upaya mencapai suatu tujuan dengan
menggunakan kekuatan”. Dalam prakteknya untuk mencapai tujuan itu dilakukan
kegiatan dalam bentuk sanksi, ancaman, intimidasi, pemerasan, noikot, teror,
dan lain-lain, sehingga orang yang dijadikan sasaran merasa terpaksa, cemas,
takut dan sebagainya.
Otto Lerbinger dalam bukunya,
Designes for Persuasive Communication, pengertian koersi mengatakan bahwa, jika
paksaan ingin dilaksanakan, orang banyak atau rakyat tidak perlu secara nyata didorong-dorong.
Dan komunikasi koersif adalah proses penyampaian pesan (pikiran dan persaan)
oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, opini atau perilaku,
dengan gaya yang mengandung paksaan.
Jadi, persamaan komunikasi
persuasif dengan komunikasi koersif adalah dalam tujuannnya, sama-sama mengubah
sikap, opini, atau perilaku. Perbedaannya adalah dalam gayanya, jika komunikasi
persuasif dilakukan secara psikologis yang mengandung ajakan, bujukan, imbauan
atau rayuan, komunikasi koersif dilkaukan secara imperatif yang mengandung
sanksi, ancaman, kekhawatiran dan ketakutan.
Konsekuensi dari hasil komunikasi
persuasif dalam bentuk peribahan sikap, opini, dan perilaku adalah
kesadaran disertai rasa senang,
sedangkan konsekuensi dari hasil komunikasi koersi dalam bentuk perubahan
sikap, opini dan perilaku adalah keterpaksaan disertai rasa tidak senang.
Bagi para kahumas, komukasi
koersif ini perlu mendapat perhatian yang seksama karena adakalanya konsekuensi
yang timbul bukan hanya rasa tidak senang, tetapi dapat meningkat ke rasa
permusuhan, bahkan dendam kesumat.
Dalam organisasi, situasi
komunikasi bersifat koersif, apakahn organisasi itu bertaraf mikro seperti
perusahaan atau bertaraf makro seperti sebuah negara. Dalam setiap organisasi
pasti terdapat peraturan yang wajib ditaati. Ini berarti koersi sebab, jika
seorang anggota organisasi tidak menaatinya, ia terkena sanksi atau ancaman.
Kalau ia seorang pegawai, ia terncam dipindahkan, diturunkan pangkatnya atau
dikeluarkan. Tetapi seorang anggota organisasi tidak ada yang memaksa untuk
memasuki organisasi itu. Ia masuk dengan keinginan sendiri, dengan konsekuensi
harus patuh pada peraturan yang berlaku dalam organisasi itu. Selama ia patuh
pada kewajibannya, ia akan memperoleh hak sebagaimana ditetapkan oleh
peraturan. Jika ia melakukan hal yang sebaliknya, maka haknya pun akan hilang.
Dari paparan mengenai persuasi
dan koersi ini jelas kiranya bahwa tugas kahumas ialah melakukan persuasi,
antara lain terhadap para karyawan yang tidak berperilaku sesuai dengan
peraturan organisasi yang ditetapkan. Mereka diajak, diimbau, atau dibujuk
untuk taat kepada peraturan. Ini berarti bahwa perilaku individual dioarahkan
sehingga sesuai, selaras, dan serasi dengan perilaku organisasi.
C.
KOMUNIKASI DAN OPINI PUBLIK
Istilah opini publik
sebagai terjemahan dari bahasa inggris public opinion, yang dimasyarakat kita
dikenal dengan istilah pendapat umum. Istilah public opinion diterjemahkan
menjadi “opini publik”, dengan maksud semata mata agar jelas sebab, jika istilah
“pendapatan umum” yang dipergunakan.
John dewey dalam
karyanya “the public and its problems” mendifinisikan publik sebagai sekelompok
orang yang bersama sama dipengaruhi oleh suatu kegiatan atau gagasan khusus.
Dengan demikian,
sikap yang merupakan pduan dari pikiran (kognisi) dan perasaan (afeksi) itu,
pada suatu ketika dapat diekspresikan dalam bentuk tindakan atau perilaku
secara fisik atau dalam bentuk opini secara verbal.
Tetapi, yang penting
untuk diperhatikan, bahkan diwaspadai, ialah bahwa pernyataan secara verbal
atau secara behavioral seseorang atau sekelompok orang, tidak selalu sama
dengan sikap yang sebenarnya.
Berdasarkan paparan
diatas sebenarnya yang harus diubah itu adalah sikap, sebab sikap adalah murni,
sedangkan pernyataan secara verbal dalam bentuk ucapan dan pernyataan
behavioral dalam bentuk tindakan atau perilaku bisa palsu.
1.
Opini
publik sebagai efek komunikasi
Selama opini itu merupakan opini
seseorang (individual opinion), tidak akan menimbulkan permasalahan.
Permasalahn akan timbul apabila opini itu menjadi publik, menyangkut orang
banayk karena berkaitan denga kepentingan orang banyak.
Definisi irish dan prothro
mencakup 3 aspek :
a.
Ekspresi
(expression)
Sikap
yang tidak diekspresikan bukanlah opini publik, sebab sikap adalah predisposisi
internal yang tidak bisa diobservasi secara langsung.
b.
Persoalan
( issue)
Persoalan
disini adalah yang mengandung pro atau kontra, setuju atau tidak setuju. Karena
ciri pro atau kontra itulah, maka suatu opini selalu mengenai objek yang dapat
menimbulkan tanggapan yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan.
c.
Kemasyarakatan
Opini
publik lebih banyak bersangkutan dengan soal kemasyarakatan.
Pengertian
opini dari segi beberapa pendekatan :
·
Pendekatan
psikologi sosial
Yaitu
dari segi mengekspresikan sikap menjadi opini
·
Pendekatan
sosiologi
Opini
publik seolah olah merupakan penjumlahan opini seseorang yang berasala dari
sekian banyak orang dalam suatu masyarakat.
·
Pendekatan
ilmu ekonomi
Dalam
karya bernard berelsondalam karyanya yaitu beberapa jenis komunikasi mengenai
beberapa jenis persoalan masyarakat, yang ditampilkan untuk menarik perhatian
beberapa jenis orang dalam beberapa
jenis orang dalam beberapa jenis kondisi , menimbulkan beberapa jenis efek.
Dari
berbagai definisi dengan berbagai pendekatan secara umum definisi publik itu
dapat disimpulkan dirumuskan sebagai berikut “ opini publik adalah efek
komunikasi dalam bentuk pernyataan yang bersifat kontroversial dari sejumlah
orang sebagai pengekspresikan sikap terhadap masalah sosial yang menyangkut
kepentingan umum.
2.
Jenis
jenis opini
a.
Opini
individual
Opini
individual adalh pendapatan seseorang secara perseorangan mengenai sesuatu yang
terjadi di masyarakat. Jadi, opini publik merupakan perpaduan dari opini opini
individual.
b.
Opini
pribadi
Opini
pribadi merupakan pendapat asli seseorang mengenai suatu masalh sosial. Opini
pribadi timbula apabila seseorang, tanpa dipengaruhi orang lain, menyetujui
atau tidak menyetujui suatau masalah sosial, kemudian berdasarkan nalarnya ia
sampai kepada suatu kesimpulan sebagai tanggapan terhadap masalah sosial, dan
apabila dikomunikasikan kepada orang lain dalam suatu pergunjingan, maka ia
telah menyampaikan opini pribadinya.
c.
Opini
kelompok
Opini
kelompok adalah pendapat sekelompok mengenai masalah sosial yang menyangkut
kepentingan banyak orang, termasuk sekelompok orang.
d.
Opini
mayoritas
Opini
mayoritas adalah pendapat orang orang terbanyak dari mereka yang berkaitan
dengan suatu masalah yang pro, mungkin yang kontra, mungkin yang mempunyai
penilaian lain.
e.
Opini
minoritas
Opini
minoritas adalah kebalikan dari opini mayoritas. Opini minoritas adalah
pendapat orang orang yang relatif sejumlahnya sedikit dibandingkan dengan
sejumlah mereka yang terkait dengan suatu masalh sosial. Timbul opini minoritas
ialah apabila masalah sosial yang dibicarakan itu berlangsung dalam forum
terbuka yang melembaga sehingga dapat dihitung jumlahnya.
f.
Opini
massa
Pendapat
yang berbeda kemudian berkembang menjadi pendapat yang sama, apabila seluruhnya
pro atau seluruhnya kontra. Dengan demikian opini opini publik itu menjadi
opini massa. Opini yang bersifat massa ini beralih bentuk menjadi tindakan
fisik, sering tindakan yang bersifat destruktif.
g.
Opini
umum
Opini
umum merupakan pendapat yang sama dari semua orang daalam suatu masyarakat
mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum.
Persamaan
dengan opini massa yaitu bahwa bahwa pada kedua duanya semua orang mempunyai
pendapat yang sama. Perbedaannya adalah jika pada opini massa pendapat yang
sama itu merupakan hasil perkembangan dari opini publik yaitu pendapat yang kontroversional, pada
opini umum tidak, ketika ditengah tengah masyarakat muncul suatu masalah yang
menyangkut kepentingan umum, maka semua orang pro atau semua orang kontra.
Belum ada tanggapan untuk "KOMUNIKASI PERSUASIF"
Post a Comment